Melihat Fenomena Api Biru Di Kawah Ijen Yang Hanya Ada Dua Di Dunia

Kawah Ijen yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur merupakan salah satu pesona keindahan alam Indonesia yang luar biasa dan memukau. Daya tarik Kawah Ijen telah mendorong minat wisatawan mancanegara berdatangan dan menjadikannya sebagai ikon wisata penting di Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir ini. Apalagi sekarang ini jalan menuju Kawah Ijen telah beraspal mulus dan mudah dijangkau oleh kendaraan roda empat. 

Kawah Ijen Banyuwangi.
Kawah Ijen dengan pemandangan air danaunya berwarna hijau tosca (sumber : Dutawisata.co.id)

Kawah Ijen sejatinya adalah sebuah danau kawah paling asam terbesar di dunia yang berada di puncak Gunung Ijen dengan ketinggian 2.443 meter diatas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah 5.466 hektar (Wikipedia.org). Sedangkan Gunung Ijen merupakan sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Secara geografis, kawasan Gunung Ijen masuk dalam tiga wilayah kabupaten di Jawa Timur, yaitu Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi, namun jalur jalan umum menuju Kawah Ijen hanya ada melalui Bondowoso dan Banyuwangi. Karena itu kedua kabupaten ini saling bersaing dalam mempromosikan Kawah Ijen melalui jalur wilayah masing-masing. Efek positifnya, gaung Kawah Ijen kian mendunia.

Pengunjung yang datang baik melalui jalur Kabupaten Bondowoso maupun Banyuwangi, akan bertemu di Paltuding yang merupakan pintu utama masuk ke dalam lokasi Kawah Ijen.


Perjalanan Menuju Kawah Ijen

Dari Paltuding menuju ke Kawah Ijen jaraknya 3 km + 800 m ditempuh dengan berjalan kaki. Jarak sejauh itu biasanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 2-3 jam, tergantung kondisi setiap orang. Meskipun jaraknya relatif tidak jauh, namun medan jalan yang berupa tanah bercampur pasir yang menanjak dengan derajat kemiringan antara 10-35 derajat membuat pendakian tidak bisa cepat, apalagi umumnya dilakukan pada dini hari dimana kondisi tubuh capek dan penerangan jalan mengandalkan senter.

Pada 1 km pertama kondisi jalan masih mendatar. Namun seiring dengan makin panjangnya langkah kaki, jalan mulai terasa berat. Sampai kemudian pada 1 km berikutnya jalan makin menanjak dan curam, inilah medan terberat pendakian Kawah Ijen. Lalu pada 1 km terakhir medan jalan juga menanjak namun landai.

Sebelum mencapai puncak Ijen, terdapat Pos Penimbangan yang berada di ketinggian 2.226 mdpl. Pos ini untuk menimbang belerang yang diambil oleh para penambang dari Kawah Ijen. Tak jauh dari Pos Penimbangan terdapat sebuah bangunan unik berbentuk setengah lingkaran. Itulah yang dikenal sebagai Pondok Bunder, meskipun sebetulnya itu adalah pondok irigasi. Di tempat ini ada warung penjual makanan-minuman dan menjadi tempat pemberhentian terakhir sebelum sampai di puncak Gunung Ijen.

Pondok Bunder Kawah Ijen
Pondok Bunder Kawah Ijen diketinggian 2214 mdpl (sumber : Digitalbaca.com)
Dari Pondok Bunder ini Kawah Ijen sudah dekat. Sebelum tiba di puncak Gunung Ijen, kita terlebih dahulu menemukan lereng gunung yang asri dengan hutan pinus yang diselimuti kabut. Dengan jalur yang landai kita akan mendapat suguhan pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah dipandang mata.
Keindahan Kawah Ijen.
Pemandangan di perjalanan ke Kawah Ijen (sumber : Artebia.com)

Jalur treking menuju puncak Gunung Ijen (sumber : Detik.com)

Setelah mencapai puncak Ijen, untuk melihat si api biru pengunjung harus menuruni dinding kawah sejauh 800 m yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit-45 menit.  

Keberadaan api biru ini menjadi salah satu daya tarik utama wisman dan wisnu mendatangi Kawah Ijen. Di dunia konon hanya ada dua tempat yang mengeluarkan api biru, selain di Banyuwangi, ada di Islandia. Api biru berada tepat di bagian Kawah Ijen.

Api biru Kawah Ijen dapat dilihat saat hari gelap, itu sebabnya banyak pengunjung mendaki pada dini hari dan bisa mencapai dasar kawah sebelum matahari terbit. Biasanya pendakian dari Paltuding dimulai antara pukul 01.00-02.00 dini hari, dengan harapan bisa mencapai Kawah Ijen sebelum matahari terbit. Sebab setelah matahari muncul, api biru itu akan hilang.

Fenomena api biru Kawah Ijen.
Blue fire (sumber : Boston.com)
Salah satu daya tarik Kawah Ijen adalah melihat kehidupan para penambang belerang. Ada sekitar 350 penambang belerang yang menggantungkan hidup dari Kawah Ijen. Mereka sudah melakukan kegiatan sebelum fajar menyingsing. Setiap hari mereka memikul belerang seberat rata-rata 80 kg, dalam sekali angkut dari dasar Kawah Ijen menuju Pos Penimbangan di Pondok Bunder. Dalam sehari mereka bisa dua kali mengangkat belerang dari kawah.

Para pengunjung akan menjumpai para penambang belerang di tengah perjalanan menuju Kawah Ijen. Dengan ramah mereka akan menjadi penunjuk jalan bagi pengunjung. Kehadiran mereka berjalan tegap dengan pikulan berisi belerang penuh bisa menjadi motivasi bagi pengunjung yang tengah kelelahan di tengah jalan. Mereka juga senang hati dijadikan obyek foto bagi pengunjung yang ingin berselfie ria. Kalau Anda enggan memberi sekedar tips, Anda bisa membeli berbagai bentuk cendera mata dari belerang yang mereka buat, sebagai bentuk ungkapan terima kasih. Tapi ini bukan suatu keharusan.
Penambang belerang Kawah Ijen Banyuwangi.
Penambang belerang, sisi lain keunikan Kawah Ijen (sumber : Detik.com)
Berbagai cendera mata dari cairan belerang yang dicetak dalam berbagai bentuk :kura-kura, pesawat, kepiting, dan aneka bentuk lain. Oleh-oleh khas buatan para penambang belerang Kawah Ijen. (sumber : Topindonesiaholidays.com)

RUTE MENUJU KE KAWAH IJEN
Seperti telah disebutkan di awal, untuk mencapai Kawah Ijen, traveler punya dua jalur pilihan. Yaitu melalui Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo. Pilihan ditangan Anda.

Ke Kawah Ijen bisa lewat jalur utara (Bondowoso) atau jalur selatan (Banyuwangi).
(sumber : Bromotravelindo.com)
Ke Kawah Ijen Lewat Jalur Bondowoso

Dengan menggunakan titik awal kota Surabaya, jika traveler memilih lewat jalur Bondowoso, maka rute yang akan ditempuh adalah :

SURABAYA – PROBOLINGGO – BESUKI – BONDOWOSO - WONOSARI - SEMPOL - PALTUDING - KAWAH IJEN.

Jarak Surabaya ke Bondowoso via pantura adalah sekitar 207 km. Dari Bondowoso sampai Paltuding jaraknya sekitar 76 km dapat dicapai dengan roda dua maupun roda empat dengan kondisi jalan beraspal. Total jarak tempuh Surabaya-Paltuding adalah 283 km.

Rute dari Bondowoso ini melalui daerah terbatas areal perkebunan kopi dengan tiga pintu gerbang yang berbeda. Di setiap pintu gerbang Anda diminta untuk mengisi buku tamu dan tujuan perjalanan. Sepanjang perjalanan traveler akan disuguhi pemandangan pohon kopi arabika dan hutan pinus dan hutan cagar alam Ijen-Merapi yang lebat.

                                                         Peta jalan Bondowoso ke Paltuding.

Ke Kawah Ijen Lewat Jalur Banyuwangi
Jika traveler memilih lewat jalur Banyuwangi, maka rute yang ditempuh adalah :

SURABAYA - PROBOLINGGO - JEMBER - BANYUWANGI - LICIN - JAMBU - PALTUDING - KAWAH IJEN.

Jarak Surabaya ke Banyuwangi adalah sejauh 303 km, dapat ditempuh melalui mobil pribadi, bis umum, kereta api maupun pesawat. Dari Banyuwangi menuju Paltuding jaraknya sekitar 32 km, sehingga total jarak tempuh dari Surabaya ke Paltuding adalah 335 km.



Meskipun jarak kota Banyuwangi ke Paltuding lebih pendek, namun tantangan medan jalannya lebih berat daripada melalui jalur Bondowoso. Khususnya pada 6 km sebelum sampai di Paltuding harus melewati jalan berupa belokan berbentuk huruf S yang menanjak, yang dikenal sebagai tanjakan erek-erek. Hanya mobil tertentu jenis jeep dobel gardan yang mampu melewatinya. Kondisi ini yang membuat traveler lebih memilih jalur Bondowoso yang dinilai lebih bersahabat.

Namun itu sudah menjadi cerita lama. Saat ini kondisi jalan menuju Ijen dari kota Banyuwangi sudah sangat mulus dan bisa dilalui oleh kendaraan umum apapun, bahkan Pemkab Banyuwangi sejak 2012 menyelenggarakan lomba balap sepeda internasional berlabel Tour de Ijen yang mengambil kawasan Paltuding sebagai garis finishnya. Ini fakta bahwa jalur Banyuwangi-Ijen layak dipilih.

Tips berwisata ke Kawah Ijen :

- Waktu terbaik mengunjungi kawah Ijen adalah saat musim kemarau atau antara bulan Juni sampai September. Hindari datang pada musim hujan karena medan pendakian menjadi berat, apalagi dinding kawah sangat rentan longsor di musim hujan. Selain itu api biru tidak terlihat pada pada saat hujan. Apalagi ada larangan mendaki Gunung Ijen saat cuaca hujan, sebab saat itu gas monoksida akan menguap ke atas dan orang yang menghirup bisa tewas!.
- Peralatan yang wajib dibawa : jaket tebal, masker, senter, sepatu gunung, air minum dan makanan kecil.
- Wajib mengenakan masker selama pendakian dan sesekali harus dibasahi dengan air untuk mengurangi bau belerang yang sangat kuat. Waspadai arah angin yang membawa asap belerang pekat kepada anda. Sangat berbahaya apabila kita menghirupnya dalam jumlah besar. Perhatikan warna bebatuan di sekitar Anda, apabila terlapisi belerang (berwarna kuning) maka daerah tersebut sering dilewati gas belerang.
- Jika mata Anda pedih karena asap belerang, biarkan saja sambil menghindar ke balik bebatuan, jangan menggosoknya karena dapat membuat iritasi.
- Jika kondisi tidak fit, ada baiknya menyiapkan tongkat dari ranting pohon untuk membantu mempermudah pendakian pada medan yang berat.
- Jika datang berombongan sebaiknya menyewa seorang pemandu setempat yang sudah berpengalaman dengan medan dan hafal pijakan batu yang aman serta tahu lokasi foto yang terbaik.
- Jadilah traveler yang smart, jangan buang sampah sembarangan!

Posting Komentar untuk "Melihat Fenomena Api Biru Di Kawah Ijen Yang Hanya Ada Dua Di Dunia"

loading...